Jumat, 03 April 2015

Resensi Buku

Hikmat Israr Menyusun Nan Taserak

Judul
:
Nan Taserak, Seputar Tambo dan Perjuangan Rakyat Lima Puluh Kota
Penulis
:
Hikmat Israr
Penerbit
:
Budaya Media Bandung
Edisi
:
Ke-II (cetak ulang) Tahun 2015
Hal
:
xiv + 154



       Buku yang mengupas tentang Kabupaten Lima Puluh Kota relatif masih langka, meskipun Luhak Nan Bungsu itu menyimpan banyak sejarah dan kaya akan peristiwa-peristiwa penting.  Daerah ini juga telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang telah mengukir sejarah yang menentukan perjalanan bangsa yang dikenal di tingkat lokal dan Nasional, tapi juga belum banyak yang dituliskan biografinya.  Salah seorang yang sangat peduli dengan sejarah Luhak Lima Puluh Kota ini adalah Hikmat Israr, anak rang Payakumbuh asli yang kini berkarir sebagai prajurit TNI-AD di Dinas Sejarah Angkatan Darat (Disjarahad) Bandung dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel.  Kimat panggilan akrabnya, yang lahir dan dibesarkan di Kota Batiah, telah menuliskan sebuah buku sejarah Lima Puluh Kota yang berjudul Nan Taserak.  Maksudnya buku ini telah menyatukan seputar tambo dan perjuangan rakyat yang selama ini tercerai berai letaknya.
       Buku ini pertama kali diterbitkan pada 2009 yang mengupas secara lugas tentang berbagai hal di daerah tersebut.  Penulisnya mengupas tentang asal usul masyarakat Lima Puluh Kota versi tambo dan versi-versi lainnya.  Kemudian dibahas pula asal mula masuknya agama Islam dan sejarah tentang Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang terjadi di Lima Puluh Kota.  Secara runut penulisnya juga mengupas tentang Lima Puluh Kota di era Perang Paderi, era penjajahan Belanda, era penjajahan Jepang dan masa awal kemerdekaan tahun 1945.  Menariknya buku ini disajikan dengan gaya bahasa yang santai, ringan sehingga enak dibaca.  Banyak berita dan catatan sejarah yang tercantum, juga ada beberapa foto, gambar dan dokumen-dokumen tertulis sehingga pembaca jadi kaya informasi.
       Ternyata Hikmat Israr yang telah mengikuti beberapa kali operasi TNI-AD, yaitu dua kali di Timor-Timur, Aceh dan Ambon ini adalah seorang penulis handal.  Kimat telah menulis lebih dari dua puluh buah buku, terutama buku-buku biografi para jenderal, kisah di medan perang serta pengalamannya selama mengikuti kegiatan operasi TNI-AD.  Di samping itu Hikmat yang pernah bertugas di Kostrad, Kodam Siliwangi dan Kodam Patimura juga pernah bertugas di Dinas Pembinaan Mental Angkatan Darat (Disbintalad) sehingga banyak pengalaman yang bisa dituangkannya dalamtulisan dan buku.

       Buku Nan Taserak ini juga mengupas terbentuknya BKR dan TNI di Lima Puluh Kota, juga tentang terbentuknya Barisan Sabilillah dan sejarah perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di daerah tersebut.  Maka buku ini perlu dibaca dan dimiliki oleh seluruh pelajar, mahasiswa, para pejabat, ASN, pengurus organisasi, wali nagari dan bahkan oleh seluruh masyarakat Kabupaten Luhak Nan Bungsu.  Apabila ingin tahu banyak tentang Lima Puluh Kota, maka bacalah buku ini !  Akhirnya akan timbul rasa sayang dan cinta terhadap daerah ini.  (Alfian Jamrah).  

Letkol Hikmat Israr Siap jadi Bupati

31 March 2015 11:07 WIB - Sumber : Fajar Rilah Vesky - Padang Ekspres - Editor : Riyon


Walau tahapan Pilkada Limapuluh Kota 2015 belum diketahui, karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat, masih menunggu pengesahan 10 jenis Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (PKPU-RI).
Namun, eskalasi politik di daerah itu terus menghangat. Para tokoh yang berminat menjadi kandidat bupati atau wakil bupati, makin gencar  membangun komunikasi dengan partai politik.
Terakhir (28/3) lalu, seorang tokoh rantau yang bertugas di Dinas Sejarah TNI-AD bernama Letkol CAJ Hikmat Israr, mendatangi kantor DPD PAN Limapuluh Kota di kawasan Tanjuangpati. Pria kelahiran Kotokociak, Nagari VII Koto Talago, Kecamatan Guguak, 2 Mei 1963 ini, datang ke kantor DPD PAN, untuk melengkapi formulir pendaftarannya sebagai bakal calon bupati.
Kepada Padang Ekspres, Hikmat Israr yang merupakan putera kandung HC Israr (ketua DPRD pertama Limapuluh Kota dan pendiri Kota Payakumbuh), mengaku sudah beberapa kali pilkada, ditawari untuk pulang kampung turut membangun negeri.
Namun, baru dalam Pilkada 2015 ini, ia merasa mantap untuk ikut berkompetisi. 
”Saya merasa, keinginan untuk mengabdikan diri bagi kampung halaman, sudah tepat masanya untuk diwujudkan. Mumpung, tenaga masih kuat dan dan belum terlanjur tua,” kata alumni MAN 2 Payakumbuh dan UIN Syarif Hidayatullah ini. Hikmat menyebut, untuk menjadikan Limapuluh Kota ke arah lebih baik, harus dengan bekerja keras, kreatif dan berani berinovasi. 
”Bila tidak, Limapuluh Kota bukannya maju, bisa-bisa daerah dan masyarakatnya akan semakin terpuruk nasibnya,” kata doktor bidang kebijakan publik yang tercatat sebagai penulis buku berjudul. “Nantaserak, Seputar Tambo & Perjuangan Rakyat Limapuluh Kota” tersebut. 
Hikmat Israr mengimbau, siapa pun anak nagari Luak Nan Bungsu di ranah atau di rantau yang mau peduli bagi kemajuan kampung halamannya, dan yang merasa mampu dan mau diberi amanah yang tidak ringan untuk bekerja keras membangun kampung halaman, agar ikut serta mengikuti pilkada.
”Karena semakin banyak yang ikut, akan terlihat siapa yang boneh dan dirasa paling pas untuk figur kepala daerah 5 tahun ke depan,” ujarnya. (*)